Tatakrama berteman dan berhubungan dengan Allah dan
Makhluq
dari kitab Bidayah al Hidayah karya: Imam al Ghazali
Ketahuilah bahwa
temanmu yang tidak akan berpisah denganmu baik ketika kamu di suatu tempat,
ketika kamu bepergian, ketika kamu tidur, bangun, atau ketika kamu tidur atau
mati adalah Tuhanmu dan tuanmu juga junjungan dan penciptamu yaitu Allah.
Ketika kamu mengingatnya maka Dia akan bersamamu, karena Allah sendiri
mengatakan :
أَنَا جَلِيْسُ مَنْ ذَكَرَنِى، وَمَهْمَا
اِنْكَسَرَ قَلْبُكَ خَزَنًا عَلَى تَقْصِيْرِكَ فِى حَقِّ دِيْنِكَ فَهُوَ صَاحِبُكَ
وَمُلاَزِمُكَ
Artinya :"Saya
adalah pendamping orang yang selalu mengingat-Ku. Dan ketika hatimu gusar
karena takut akan kelemahanmu dalam hal aama maka Dia akan menjadi teman
setiamu dan mendampingimu".
Karena Allah Swt sendiri juga
berfirman dalam ssebuah hadits qudsi :
أَنَا
عِنْدَ الْمُنْكَسِرَةِ قُلُوْبُهِمْ مِنْ أَجْلِى
Artinya :"Saya
akan selalu menemani orang yang hatinya gusar karena Saya"
Kalau kamu sudah
merasakan ma'rifat dengan Allah Swt maka kamu akan menjadikan-Nya sebagai teman
setia, dan kamu akan meninggalkan orang-orang sebgai teman. Tapi kalau kamu
tidak mampu melakukannya sepanjang waktumu, maka sempatkanlah dalam sebagaian
waktumu baik malam atau siang untuk menikmati (al-taladzudz) bermunajat
dengan Tuanmu yaitu Allah Swt. Dan untuk hal itu kamu harus mengetahui
tatakrama berhubungan dengan Allah Swt (âdâb al-shuhbah ma'a Allâh).
Adapun tatakrama berhubungan dengan
Allah Swt (âdâb al-shuhbah ma'a Allâh) adalah dengan menundukkan
kepala, merundukkan pandangan, menyandarkan diri sepenuhnya kepada Allah Swt,
membiasakan diam, dan mengekang anggota tubuh.
Disamping itu, tata kramanya adalah
bersegera melaksanakan segala apa yang telah diperintahkan oleh Allah Swt dan
menjauhi segala apa yang dilarang oleh Allah Swt, tidak dengan mudah mendahului
kuasa (al-qudrât) Allah, selalu mengingat Allah, selalu memikirkan dan
merenungkan kekuasaan Allah, mengiringi dan menutupi kebathilan yang telah di
kerjakan dengan kebenaran (al-haq), tidak selalu menghamba kepada sesama
makhluq, tunduk di bawah kebesaran Allah Swt, merasa hina karena malu kepada
Allah Swt atas kesalahan-kesalahan yang telah dikerjakan.
Sedangkan tatakrama yang laiannya
adalah melepaskan diri segala beban duniawi sehingga tidak merasa terbelenggu
dengan pekerjaan, yang hal tersebut bisa dengan meyakinkan pada diri bahwa
semuanya hal itu sudah ditanggung oleh Allah Swt dan tawakkal atas keutamaan
yang dipunyai oleh Allah Swt yaitu dengan menyerahkannya semuanya --sebagai
bentuk ikhtiar—kepada Allah Swt.
Sebaiknya semua
bentuk tatakrama ini menjadi bagian dari kehidupanmu sehari-hari baik siang
maupun malam. Karena ini semua merupakan bentuk tatakrama persahabatab (al-shuhbah)
dengan dzat yang tidak akan pernah pisah dan dipisahkan dari dirimu, berbeda
dengan makhluq (manusia) yang pada waktunya pasti berpisah darimu.
Sedangkan kalau
kamu adalah termasuk orang ahli dalam suatu keilmuan ilmu (al-'âlim) maka
bentuk tatkramanya ada tujuh belas, yaitu ; bersabar, selalu aris, duduk dengan
posisi seperti orang yang takut karena banyak berbuat salah dan lemah dengan
menundukkan kepala, menanggalkan sifat takabbur di depan setiap orang kecuali
kepada orang yang berbuat dzalim sebagai bentuk perlawanan agar tidak berbuat
dzalim, selalu bersifat andap asor (tawaddlu') dalam setiap forum atau
acara-acara yang lain, tidak senang bergurau dan berkelakar.
Sehingga, dengan
begitu kamu akan merasa dirimu rendah di hadapan Allah Swt dengan hati nurani
yang bersih (ikhlâsh). Tidak penundukan diri yang hanya didasari dengan
ni'atan supaya ditakuti dan dipuja oleh para manusia, atau juga dengan harapan
orang mengharagaimu sehinggu kamu akan bisa meraup keuntungan duniawi.
Juga usahakan
untuk selalu berteman dengan orang yang sedang menuntut ilmu, selalu bisa
menjaga diri ketika berkumpul dengan orang yang selalu merasa dirinya paling
tahu dan pintar, berusahalah memperbaiki orang yang bodoh dengan bimbingan
serta tidak berbuat kasar kepadanya, tidak mudah menghentak orang yang menjawab
"saya tidak tahu" ketika ditanya, berilah perhatian kepada orang yang
bertanya dan usahakan untuk memahami pertanyaanya, mau menerima pendapat atau
argumen yang diajukan oleh orang lain dengan berpatokan pada kebenaran, juga
selalu mengembalikannya kepada kebenaran ketika merasa salah dalam berpendapat,
selalu memberi nasehat kepada pelajar agar tidak tidak tercebur kepada ilmu
yang bisa menyesatkan dan menjadikannya tidak tercerahkan untuk mendapatkan
ilmu yang bermanfa'at yaitu menuntut ilmu dengan tujuan selain Allah Swt.
Selalu memberi sran kepada para pelajar
agar tidak mudah disibukkan dengan hal-hal yang sifatnya kewajiban umum (fardl
al-kifâyah) yang pada akhirnya dia akan meningalkan hal-hal yang sifatya
kewajiban individu (fardl al-'ain), karena pada hakekatnya fardlu 'ain
itu bisa memperbaiki dirinya sendiri secara dhahir maupun bathin yaitu dengan
taqwa.
Sehingga, seharusnya seorang guru
('alim) harus menerapkan ketaqwaan pada dirinya sendri terlebih dahulu supaya
dapat ditiru oleh para pelajar. Karena seorang murid akan mengikuti
gurunya dengan tindakannya terlebih dahulu setelah itu baru setiap
perkataannya. Kalau kamu adalah seorang pelajar maka tatakrama yang harus pakai
dengan gurumu adalah ; mengawalinya dengan hormat dan mengucapkan salam kepada
guru, tidak banyak bicara ketika di hadapnnya, tidak berkata apapun kecuali
hanya ketika ditanya guru, tidak bertanya kecuali ketika dipersilahkan oleh
gurunya,
Tidak menentang
apa yang dikatakan oleh sang-guru dengan mengatakan "menurut si-fulan
begini tidak seperti yang anda katakan" karena hal itu seperi mangdu domba
antara guru dengan orang lain tersebut, tidak menunjukkan gelagat yang tidak
baik ketika berbeda pendapat dengan guru, dan merasa dia lebih benar dari
gurunya, juga tidak membuat forum sendiri ketika berada di forum gurunya.
Ketika duduk
didepan guru jangan menoleh ke kanan atau ke kiri akan tetapi duduklah dengan
tenang dan menundukkan kepala seperti ketika shalat, jangan mengeluarkan
pertanyaan ketika guru dalam keadaan marah, ketika dia berdiri keluar ruangan
ikutlah berdiri sebagai tanda penghormatan, jangan mengikuti atau menirukan
pembicarannya ketika dia berbicara atau ketika dia bertanya, jangan mengeluarkan
pertanyaan kepadanya ketika di jalan sebelum dia sampai di rumahnya,
Jangan berburuk
sangka atas emua tindakannya yang dhahir ketika kamu tidak menyukainya karena
dia itu lebih tahu tentang apa yang dia kerjakan dibanding kamu. Dalam hal ini ingatlah
kejadian nabi Musa a.s dengan nabi Khidlir a.s dimana nabi Musa a.s berkomentar
ketika nabi Khidlr a.s melobangi perahu yang di tumpanginya, hal itu
sebagaimana yang diceritakan dalam al-Qur'an dimana nabi Musa a.s hanya melihat
perbuatan nabi Khidlr a.s secara dhahir saja :
فَانْطَلَقَا حَتَّى إِذَا رَكِبَا فِي
السَّفِينَةِ خَرَقَهَا قَالَ أَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا قَالَ
أَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا إِمْرًا. قَالَ أَلَمْ
أَقُلْ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا.
Artinya :"Maka berjalanlah
keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa
berkata :"Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu
menenggelamkan penumpangnya?, "Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu
kesalahan yang besar. Dia (Khidlr) berkata: "Bukankah
aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama
dengan aku". (al-Kahfi 18 :71-72)
Sedangkan kalau
kamu sebagai seorang anak yang masih mempunyai dua orang tua maka tatakramanya
seorang anak terhadap kedua orang tuanya adalah, dengarkan perkataan keduanya,
berdirilah ketika keduanya berdiri untuk beranjak dari tempat duduknya,
kerjakan apa yang diperintahkannya selama tidak melanggar perintah dan larangan
Allah, jangan berjalan di depannya, jangan berbicara dengan nada atau suara
keras sehingga melebihi suaranya, datanglah ketika dipanggil, rawatlah ketika
keduanya sakit, ringankan tenaga dan kesempatanu untuk membantu dan
melayaninya, jangan kamu tunda-tanda lagi untuk berbakti kepadanya, jangan
memandangnya dengan pandangan yang sinis, jangan cemberut di hadapnnya, jangan
bepergian kecuali dengan izinnya.
Dan ketahuilah
bahwa selain macamnya orang tersebut, juga ada tiga macam lagi orang yang akan
kamu temukan yaitu ; adakalnya teman bergaul, teman kenalan, dan teman yang
bodoh. Sedangkan ketika kamu harus bertemu dan bergaul dengan teman-teman yang
bodoh tersebut maka tatakrama yang harus pakai adalah ketika berkumpul dengan
mereka adalah jangan sampai kamu masuk ke dalam dan terpancing dengan pembicaraan
mereka, tetapi usahakan-lah untuk membiarkan dan melupakan apa yang mereka
bicarakan. Juga jangan terlalu sering ketemu dengan mereka, atau sampai terpaku
kepada mereka, berilah pengarahan kepada mereka atas kemungkaran yang mereka
lakukan dengan halus, atau berilah mereka nasehat kalau hal itu kalau
dimungkingkan mereka mau menerimanya.
Sedangkan
terhadap teman yang seperti saudara dan teman bergaul kamu meedepankan dua hal,
yaitu ; mereka harus mereka harus benar-benar bisa menjadi seperti saudara dan
teman bergaul, jangan bersaudara orang yang tidak bisa menjalin persaudaraan
dan pertemanan.
Dalam sebuah
hadits, nabi Muhammad Saw, mengatakan :
اَلْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ
أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Artinya :"Seseorang
itu bisa diketahui (tingkat) keberagamaannya dengan mengetahui (tingkat)
keberagamaan temannya, maka cari dan lihatlah siapa temannya dia".
Sehingga, ketika kamu ingin mencari
teman yang sejati, maka kamu harus mempertimbangkannya melalui lima hal ;
Yang pertama
adalah akal, dan tidak baik berteman dengan orang yang bodoh. Karena pada
akhirnya, ketika kamu berteman dengan orang yang bodoh, adalah dia hanya akan
menyusahkanmu dan akan membuatmu susah. Dia hanya akan memanfa'atkanmu. Oleh
karena itu, musuh yang berakal itu lebih bagus dari pada teman yang bodoh. Ali
bin Abu Thalib pernah mengatakan dalam bebarapa bait syairnya yang artinya :
* "Janganlah
berteman dengan orang yang bodoh, karena itu jagalah dirimu (dari berteman
dengannya) dan hati-hatilah darinya. Karena tidak sedikit orang bodoh yang
hanya akan menghinakan orang yang bijaksana ketika menjadikannya teman".
* "Seseorang
itu dapat diukur dari temannya ketika mereka bersamaan, seperti sepasang sandal
yang akan diketahui sama atau tidak ketika keduanya bersanding".
* "Setiap
sesuatu itu akan bisa saling mengetahui ketika diukur dan dibandingkan dengan
yang lainnya dengan sebanding, juga hati yang akan saling mengetahui ketika
bertemu dengan yang sebandinya".
Yang kedua
adalah bagus budi pekertinya, janganlah berteman dengan orang yang peragainya
jelek, yaitu orang yang tidak bisa menguasai nafsunya ketika marah atau ketika
birahinya tinggi. 'Alqamah al-'Atharidi ketika akan meninggal berwasiat kepada anaknya : "Wahai anakku
kalau kamu ingin berteman dengan sesorang, maka carilah teman yang ketika kamu
minta bantuannya maka dia mau, ketika kamu menjadikannya teman maka dia bisa
mewarnaimu, ketika ekonomimu sulit maka dia membantumu.
Maka dari itu,
bertemanlah dengan orang yang ketika dia kamu ajak untuk berbuat baik maka dia
mau, ketika dia melihat kebaikan pada dirimu dia senang, dan ketika melihat
kejelekan pada dirimu maka dia menutupinya.
Juga berusahalah
berteman denga orang yang ketika kamu berkata yang benar dia membenarkannya,
ketika kamu bersamanya mengerjakan sesuatu maka dia memepersilahkan kamu, dan
ketika kamu bertentangan dia mau mengalah.
Ali bin Abu
Thalib dalam dua sya'irnya mengatakan :
* "Sesunggunya
teman yang sejati adalah yang akan selalu bersamamu, dia mau mengorbankan
dirinya hanya demi kamu".
* "Yaitu
teman yang ketika kamu tidak ada maka dia selalu membelamu, dia berani
berkorban untuk membantumu".
Yang ketiga adalah orang yang
bagus tingkah lakunya, sehingga janganlah berteman dengan orang yang fasiq yang
selalu berbuat kemaksi'atan. Karena barangsiapa yang tidak pernah
takut kepada Allah Swt maka segala tindakannya tidak bisa dipercaya yang akan
selalu berubah berbarengan berubahnya keadaan dan tujuannya.
Dalam sebuah
ayat al-Qur'an dikatan :
وَلاَ
تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ
فُرُطًا
Artinya :"Dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas". (al-Kahfi 18:
28)
Maka
berhati-hatilah jangan sampai kamu berteman dengan orang yang fasiq. Karena
dengan seringnya kamu melihat kemasiatan dan kefasikan maka hal itu akan bisa
menghilangkan persaan hatimu akan ketidak senanganmu terhadap maksiat yang pada
akhirnya kamu akan menganggapnya sebagai hal yang ringan. Sehingga hatimu akan
mudah terjangkit penyakit maksiat membicarakan orang lain (al-ghîbah)
karena kamu sudah terpengaruh dengan hal itu.
Akhirnya, ketika
kamu melihat ada seorang ahli fikih menggunakan cincin dari emas atau memakai
pakaian yang terbuat dari sutra maka orang-orang akan menjelekkannya, padahal
dosanya orang-orang tersebut (karena ghibah) itu sebenarnya lebih besar dari
pada si-fakih yang memakai cincin dan pakaian tersebut.
Yang keempat
adalah jangan sampai kamu menjadi orang yang sangat haus akan hal-hal duniawi,
karena cinta dunia merupakan bisa yang mematikan. Karena pada dasarnya watak
(thab') itu diciptakan dengan standar sama yang munkin akan saling ingin sama
(tasyabbuh) dan meniru (iqtida). Ketika suatu watak tidak mempunyai arah maka
dia kan mencari mengambil dari watak yang lain yang dia lihat.
Sehingga, ketika
kamu berkumpul dengan orang yang senang dunia maka kamu akan ikut senang dunia,
juga ketika kamu bekumpul dengan orang zuhud maka kamu juga akan menjadi zuhud.
Yâng kelima
adalah bertemanlah dengan orang-orang yang jujur dan jangan berteman dengan
orang-orang pendusta. Karena kalau kamu berteman dengan pembohong maka kamu
benar-benar tertipu, karena pembohong bagaikan kotoran yang ada dikelopak mata
yang bisa mendekatkan kepadamu hal yang jauh dan menjauhkan hal dekat darimu.
Dan kalau kamu
tidak bisa menemukan orang-orang yang jujur sebagai teman, baik di
tempat-tempat belajar maupun di masjid-masjid, maka ada dua langkah yang bisa
kamu lakukan, yaitu : Pertama, Uzlah (mengasingkan diri) atau
menyendiri, hal ini akan bisa menyelamtkan kamu dari para pendusta. Kedua,
kamu bisa bergaul dengan mereka tapi dengan membatasi pergaulanmu dengan
melihat standar perbuatan mereka.
Karena pada
hakekatnya relasi yang berlandaskan persaudaraan itu ada tiga macam : Pertama,
pertemanan yang ada kaitannya dengan hal-hal ukhrowi, yang dalam persaudaran
ini kamu harus mengutamakan urusan-urusan agama. Yaitu pertemanan yang
berdasarkan atas kesamaan keyakinan atau saudara seiman. Kedua,
pertemanan yang ikatannya disebabkan oleh adanya hubungan dalam hal-hal
duniawi, dimana dalam pergaulanmu ini kamu harus mendahulukan budi pekerti yang
baik. Ketiga, pertemanan yang kamu harus tinggalkan. Dimana dalam
hubungan pertemanan ini kamu harus mengutamakan atau berusaha agar selamat dari
kejelekan, fitnah, dan tipu dayanya yang ada dan akan muncul dari temanmu
tersebut.
Sedangkan bentuk
manusia itu ada tiga macam : Pertama, orang yang sifatnya seperti gizi
yang akan selalu dibutuhkan. Kedua, orang yang sifatnya seperti obat
yang akan dibutuhkan orang dalam waktu tertentu. Dan Ketiga, orang yang
sifatnya seperti penyakit yang tidak akan pernah diharapkan siapapun, akan
tetapi setiap orang yang terkena hal itu dan tidak akan bisa lepas dari itu
walaupun tahu tidak ada manfa'atnya.
Sehingga mungkin
langkah yang bisa kamu lakukan adalah berusaha menerima dengan hati ikhlas,
karena walaupun begitu teman yang seperti iti ada kalanya berfaidah sekali
ketika kamu bertemu dengannya, yaitu ketika kamu melihat kejelekan-kejelekan
tingkah lakunya dan tindakannya sehingga dengan begitu kamu akan mersa jijik
dan tidak senang yang pada akhirnya kamu akan tidak menyenainya dan semakin
menjahuinya.
Orang yang
beruntung adalah orang yangmau dinasehati yang lainnya, karena seorang mukmin
adalah bagaikan cermin bagi yang lainnya. Hal ini sebagimana peertanyaan yang
dilontarkan kepada nabi 'Isa a.s : Siapa yang membimbingmu ?, 'Isa menjawab :
Saya tidak dibimbing oleh siapapun, akan tetapi saya melihat kebodohannya orang
yang bodoh (melakukan sesuatu) akhirnya saya meninggalkannya. Hal itu sesuai dengan sabda nabi
Muhammad Saw :
فَلَوْ اِجْتَنَبَ النَّاسُ مَا يَكْرَهُوْنَهُ
مِنْ غَيْرِهِمْ لَكَمُلَتْ آدَابُهُمْ وَاسْتَغْنَوْا عَنِ الْمُأَدِّبِيْن
Artinya :"Ketika
sesorang mampu meninggalkan apa yang dia tidak senangi pada orang lain, maka
budi pekertinya benar-benar sempurna dan tidak akan pernah butuh orang untuk
membimbingnya".
Tugas yang kedua
adalah, menjaga hak-hak pertemanan. Karena ketika terjalain kontak pertemanan
antara kamu dengan yang lain, maka disitulah timbul hak-hak yang harus kamu
perhatikan.
Dalam sebuah hadits, nabi Muhammad
Saw juga mengatakan :
مَثَلُ الأَخْوَيْنِ مَثَلُ الْيَدَيْنِ تَغْسِلُ
إِحْدَاهُمَا الأُخْرَى وَدَخَلَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَجَمَةً فَاجْتَنَى
مِنْهَا سِوَاكَيْنِ أَحَدُهُمَا مُعْوَجٌّ وَالآخَرُ مُسْتَقِيْمٌ وَكَانَ مَعَهُ
بَعْضُ أَصْحَابِهِ فَأَعْطَاهُ اَلْمُسْتَقِيْمَ وَأَمْسَكَ لِنَفْسِهِ اَلْمُعْوَجَّ،
فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَنْتَ أَحَقُّ مِنِّى بِالْمُسْتَقِيْمِ، فَقَالَ :
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ صَاحِبٍ يَصْحَبُ صَاحِبًا
وَلَوْ سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ إِلاَّ وَيَسْأَلُ عَنْ صُحْبَتِهِ وَأَقَامَ فِيْهَا
حَقَّ اللهِ تَعَالَى أَوْ أَضَاعَهُ
Artinya :"Pertemanan itu
bagaikan dua tangan, diamana antara kedua kan saling membersihkan, lalu Nabi
Saw sekelompok orang dan megambil dua batang siwak yang satu bengkok dan yang
satu lurus.lalu beliau memberikan siwak yang lurus kepada shahabat dan
mengambilnya siwak yang bengkok., lalu mereka mengtakan : Wahai Rasulullah,
engkau lebih berhak siwak yang lurus, nabi menjawab : Dalam pertemanan itu akan
dipertanggung jawabkan setiap apa yang dilakukannya, apakah dia memenuhi hak
Allah atau tidak?".
Dan dalam hadits lain dikatakan :
مَا اِصْطَحَبَ إِثْنَانِ قَطُّ إِلاَّ وَكَانَ
أَحَبُّهُمَا إِلَى اللهِ تَعَالَى أَرْفَقُهُمَا بِصَاحِبِهِ
Artinya :"Dua
orang yang berteman tidak kan bisa mendaptkan apa-apa dari pertemanan tersebut
kalau pertemanan itu tidak membuatnya lebih akrab".
Adapun tatakrama
pertemanan adalah bisa berbentuk saling membantu dalam hal yang berkaitan
dengan finansial, tapi apabila tidak mungkin, maka cukup dengan memberikan
lebihan harta dengan segera ketika teman kita membutuhkannya, dan tidak dengan
menunggu-nunggu.
Disamping itu,
tatakrama yang juga harus kamu perhatikan adalah menjaga hal-hal yang
disepakati menjadi rahasia, saling menutupi kekurangan, tidak berkomentar
apapun atas komentar orang karena tindakannya yang jelek, menyampaikan
pujian-pujiannya orang agar dia merasakan senang, mendengarkan dengan baik apa
yang dia bicarakan, tidak berkomentar seenaknya (dengan nada marah) atau
komentar yang jelek atas apa yang ia bicarakan.
Dan kalau kamu
memanggilnya maka panggillah dengan mengunakan nama yang paling dia senangi,
pujilah atas kebaikan-kebaikannya, berterima kasihlah dengan apa yang telah ia
kerjakan, jagalah nama baiknya ketika dia tidak ada dihadapnmu sebgaimana dia
melakukan hal itu atas dirinya, berilah nasihat kalau memang diperlukan dengan
lemah lembut, maa'afkan atas kesalahan yang telah ia lakukan dan jangan
menghardiknya, do'akanlah ketika dia tidak ada atau ketika dia sudah meninggal
dunia, juga jagalah hubungan baik dengan kelaurga dan kerabatnya ketika dia
sudah meninggal dunia.
Permudahlah
segala urusannya dan jangan kamu memberi beban yang membuat dia merasa
keberatan apalagi ketika dia dalam keadaan sangat membutuhkan, hiburlah
hatinya, tunjukkanlah kegembiraan kepadanya ketika dia mendapatkan kesenangan
dan tunjukkanlah kesedihan ketika dia dihadapkan dengan hal-hal yang dtidak dia
senangi, pandailah menyimpan apa yang yang diekspresikannya sehingga akan
menjadi teman sejati baik secara perasaan (al-sirr) maupun tindakan
nyata (al-'alâniah), ketika bertemu dengannya maka dahuluilah dengan
mengucapkan salam, berilah ruang (tempat duduk) yang cukup banginya ketika
bersamaan di suatu forum, dan antarkan dengan ikut berdiri ketika dia berdiri
untuk keluar.
Diamlah selama
dia berbicara sampai dia selesai dan jangan memasuki pembicaraannya dengan
memotong perkataannya, juga yang penting kamu perhatikan adalah tatacara
bergaulah dengannya dimana gunakan model bergaul dengan cara yang dia senangi.
Dengan begitu
kamu akan mencitakan pertemanan yang sejati, karena barang siapa yang tidak bisa
merasakan cinta temannya sebagaimana dia merasakan cintanya sendiri maka
pertemannanya itu hanya penuh dengan kemunafikan yang hanya akan didapatkan
kejelekan baik di dunia maupun di akhirat. Ini semua merupakan tatakrama
bergaul dengan orang-orang yang bodoh yang hal itu juga bertujuan menciptakan
ikatan persaudaran.
Model yang ketiga
adalah, berteman dengan orang-orang yang kamu kenal (kenalan). Jagalah
pergaulanmu dengan mereka karena diantara mereka ada yang bodoh yang tidak akan
memberi kebaikan kepadamu, malah sebaliknya, dia hanya akan memberi kejelekan
kepadamu. Karena misalnya, ada diantara kenalanmu yang hanya besr omongnya saja
tapi hakekaktnya dia tidak terlalu memperhatikan pertemanan tersebut. Maka
hati-hatilah ketika kamu menemukan orang yang seperti itu dan jauhilah
sekuatmu.
Tapi ketika kamu
tidak bisa mengelak dari mereka baik ketika di sekolah-sekolah mapun dia
masjid-masjid atau pasar, atau disuatu tempat, maa tetap jangan sampai kamu
meremehkannya. Karena kamu tidak tahu bahwa mungkin diantara mereka ada yang
lebih bagus dan baik dari kamu, tapi juga jangan kamu agungkan palagi dalam hal
duniawi, karena hal itu hanya akan menghancurkanmu.
Karena hal-hal duniawi
di sisi Allah Swt adalah sesuatu yang kecil sekali, jadi ketika kamu menggap
apa yang ad dunia ini (hal-hal duniawi) ini adalah hal yang agung di matamu,
maka kamu tidak akan terlihat oleh Allah Swt. Sehingga, berusahalah untuk
memberikan pengetahuan keagamamu kepada mereka, karena dengan begitu kamu akan
bisa mendapatkan hal-hal duniawi tersebut.
Dan orang yang
melakukan itu (mengagunggakan hal-hal duniawi) hanyalah orang-orang yang kecil
yang akan selalu berlawanan denganmu. Sehingga ketika kamu berhadapan dengan
mereka maka jangan lawan mereka secara langsung. Karena kamu tidak akan mampu
menghadapinya, begitupulah dengan kesabaran, karena kamu akan kehilangan
agamamu juga kamu hanya akan menghadapi berbagai kesusahan.
Jangan
bersamanya dengan menghormatinya, juga waspadalah dengan penghormatannya
kepadamu, atau rasa kasihnya kepadamu. Karena ketika kamu benar-benar meneliti
aakah dia benar-benar begitu maka kamu tidak akan menemukannya karena sangat
sedikit sekali.
Jangan pernah
mengharap dan membayangkan bahwa dia akan bertindak yang sama baik ketika ada
banyak orang atau ketika sepi. Dan kamu jangan sampai kaget kalau dia akan
marah kepadamu ketika kamu tidak ada, juga kamu jangan sampai marah kepadanya
karena ketika kamu melakukan itu berarti kamu juga seperti mereka. Hal itu juga
jangan kamu lakukan terhadap teman-temanmu atau sanak saudarmu, apalagi
terhadap guru-gurumu juga kedua orang tuamu. Karena kamu tidak akan melakukan
hal itu kepada mereka semua ketika mereka ada di depanmu.
Jangan pernah
mengharapkan dan membayangkan harta, kedudukan, atau bentuan mereka. Karena
tindakan tersebut hanya akan membuatmu rendah di hadapan mereka juga kan
membuatmu menyesal dikala nanti pada hari kiamat. Ketika kamu minta kepada
orang lain karena sagat membutuhkan lalu dia memberikannya maka bersyukurlah
kepada Allah Swt dan dan berterimaksihlah kepadanya.
Tapi kalau dia
tidak bisa memberikannya maka janganlah kamu mecelanya, karena hal itu hanya
kana menjadi permusuhan di antara kamu. Sebagai sesama mukmin salaing
mencarilah kebaikan diantara kita jangan seperti orang munafik yang hanya bisa
mencari kekurangan ('aib). Sehingga ketika dia tidak membrikan
permintaanmu, maka berfikirlah bahwa dia tidak memberikannya karena mungkin dia
dalam keadaan darurat ('udzr).
Dan jangan pernah
memberi saran (mau'idzah) kepada orang yang menurutmu sudah ada tanda-tanda
tidak akan menerima saranmu tersebut walaupun mungkin dia masih mau
menerimanya, atau tanda-tanda yang menunjukkan dia sama sekali dia tidak mau
mendengarkan saranmu tersebut, dan kamu harus ingat dan perhatikan bahwa orang
seperti itu adalah musuh bagimu.
Ketika mereka
(teman-temnmu) telah melakukan kesalahan akhirnya mereka malu untuk ikut
belajar bersamamu maka kamu tidak perlu mengajaknya belajar lagi, karena
walaupun dia mau belajar bersamamu tapi sebenarnya dia hanya mencari
kemafa'atan saja baginya di balik itu sehingga akan menjadi musuh bagimu.
Kecuali kalau memang kesalahan temanmu tersebut ditimbulkan oleh kebudohan yang
mereka miliki, maka nasehatilah mereka dengan halus dan jangan secara keras.
Kalau kamu
melihat pada temanmu tersebut ada kemuliaan dan kebaikan maka bersyukurlah
kepada Allah Swt karena telah menjadikanmu senang kepada mereka, tapi kalau
kamu melihat pada mereka banyak kejelekan maka serahkanlah semuanya kepada
Allah Swt dan mintalah perlindungan kepada-Nya dari segala kejelekan yang
mereka kerjakan. Juga jangan memarahinya dan jangan pernah berkata kepadanya :
Kenapa kamu tidak tahu kedudukanku? Saya adalah si-fulan bin fulan, saya adalah
orang yang pintar dalam bidang keilmuan. Karena sesungguhnya perkataan seperti
itu adalah perkataan orang yang sangat bodoh, sedangkan sebodoh-bodohnya orang
adalah orang yang hanya mengharumkan dan memuji dirinya sendiri.
Dan ketahuilah,
bahwa Allah Swt tidak akan pernah menjadikan mereka sebagai penguasa bagimu
kecuali karena dosa-dosa yang telah amu kerjakan, maka minta ampunan-lah atas
dosa-dosamu tersebut. Dan sadarilah, bahwa itu semua merupakan balasan dari
Allah Swt.
Dan usahakan,
ketika kamu bersama mereka sebagai orang yang hanya mendengarkan
kebenaran-kebenaran yang mereka lakukan, tidak mendengarkan dan tidak mau
mendengarkan kejelekan-kejelekan, membicarakan kebaikan-kebaikan yang mereka
lakukan dan diam dengan kejelekan yang mereka kerjakan.
Hindarilah
bergaul dengan para ahli fikih sekarang ini yang selalu menyibukkan diri dengan
beda pendapat dan debat. Juga, hatilah-hatilah dengan mereka karena mereka
sudah lama selalu mencari celah untuk menhghancurkanmu dengan kedengkian yang
mereka miliki, mereka hanya mempunyai prasangka-prasangka kejelekan terhadapmu,
selalu bermain mata dibelakangmu. Mereka selalu mencari kekurangan-kekuranagan
yang ada pada dirimu sehingga ketika mereka menemukannya maka mereka akan
membicaraknanya di hadapan mereka.
Mereka sama
sekali tidak mau menutupi kesalahan yang ditemukannya pada dirimu tersebut,
juga mereka tidak mau mengampuni kesalahan yang telah kamu lakukan walaupun
kamu sudah meminta ma'af, disamping itu mereka tidak mau menutupi kehormatanmu
sehingga menjadi malapetaka karena karena terlalu mudahnya terkelupas bagaikan
tipisnya kulit jeruk.
Mereka akan
selau dengki dengan apa yang kamu dapatkan walaupun itu hanya sedikit apalagi
apa yang kamu dapatkan itu banyak dan besar, mereka akan selalu berkumpul dan
membicarakanmu (al-namîmah) dan saling berbohong juga membuat
kebohongan. Kalau kamu menerima dengan begitu saja (ridla) dan kamu melihat
mereka semua secara dhahir maka nampaknya tidak terjadi apa-apa karena saking
halusnya mereka menutupinya, padahal secara batinnya sangat terasa sekali
karena saking kasarnya hati mereka. Secara dhahir mereka seperti pakaian yang
halus dan secara batin mereka seperti harimau yang yang berbahaya.
Dan adanya
kelompok semacam ini merupakan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt
atas manusia sebagai ujian, yang banyak diantara para manusia tidak bisa
menghindar dari mereka kecuali orang-orang yang memang telah dijaga oleh Allah
Swt. Dan kalau kita menjadikan kelompok ini sebagai teman maka kita hanya akan
mendapatkan kerugian dan kehinaan.
Ini adalah
bentuk menjaga persahaban dengan orang yang mengatakan dirinya sebagai teman,
lalu bagaimana dengan orang yang benar-benar menagtakan dirinya sebagai musuh?,
al-Qadli bin Ma'ruf mengatakan :
فَاحْذَرْ
عَدُوَّكَ مَرَّةً* وَاحْذَرْ صَدِيْقَكَ ألفَ مَرَّةٍ
فَلاَ
رُبَّمَا انْقَلَبَ الصَّدِيْـ* قُ فَكَانَ أَعْرَفَ بِالْمُضَرَّةِ
"Behati-hatilah
dari musuhnmu cukup sekali, tapi berhati-hatilah dari temanmu seribu kali".
"Karena
ketika temanmu itu berubah memusuhimu, maka dia lebih membahayakan bagimu".
Dan dalam syair yang lain al-Qadli
bin Ma'ruf juga mengatakan :
عَدُوُّكَ
مِنْ صَدِيْقِكَ مُسْتَفَادٌ * وَلاَ تَسْتَكْثِرَنَّ مِنَ الصَّحَابِ
فَإِنَّ
الدَّاءَ أَكْثَرُ مَا تَرَاهُ* يَكُوْنُ مِنَ الطَّعَامِ أَوِ الشَّرَابِ
"Karena
musuhmu-pun kadang bisa bermanfa'at bagimu, maka jangan terlalu banyak
mengambil teman".
"Karena
sebagaimana yang kamu tahu, sesungguhnya penyakit itu kebanyakan ditimbulkan
dari makanan dan minuman".
Dan renungkalah apa yang dikatakan
oleh Hilal bin al-'Alai al-Raqiy :
لَمَّا
عَفَوْتُ وَلَمْ اَحْقِدْ عَلَى أَحَدٍ* أَرَحْتُ نَفْسِى مِنْ هَمِّ
الْعَدَاوَاتِ
إِنِّى
أُحَيِّ عَدُوِّ عِنْدَ رَأَيْتُهُ* لأَدْفَعَ الشَّرَ عَنِّى بِالتَّحِيَّاتِ
وَأُظْهِرُ
البِشْرَ لِلإنْسَانِ أَبْغَضُهُ* كَأَنَّهُ قَدْ مَلاَ قَلْبِى مَسَرَّاتِ
وَلَسْتُ
أَسْلَمُ مِمَّنْ لَسْتُ أَعْرِفُهُ* فَكَيْفَ أَسْلَمُ مِنْ أَهْلِ الْمَوَدَّاتِ
اَلنَّاسُ
دَاءٌ دَوَاءُ النَّاسِ تَرْكُهُمْ* وَفِى الْجَفَاءِ لَهُمْ قَطْعُ الأُخُوَّاتِ
فَسَالِمِ
النَّاسَ تَسْلَمْ مِنْ غَوَائِلِهِمْ* وَكُنْ حَرِيْصًا عَلَى كَسْبِ التَّقِيَّاتِ
"Ketika
saya memberi ma'af keada orang lain juga ketika ketika saya tidak iri dengan
orang lain, maka saya merasakan leganya jiwa karena tidak ada musuh sama sekali".
"Dan
ketika saya berhadapan atau bertemu dengan musuhku, maka aku memberinya hormat
supaya akau terhindah dari segala kejelekannya".
"Saya
akan bermuka manis dan gembira ketika berhadapan dengan orang yang saya tidak
senangi, bagaikan dia itu orang yang menggembirakanku".
"Walaupun
memang terkadang, akau tidak bisa mneghindar dari kesalahan orang yang tidak
pernah aku kenal, lalau bagaiaman agar saya bisa bersama dengan orang-orang
yang selalu berbelas kasih".
"Manusia
adalah penyakit sedangkan obatnya adalah menjahui manusia, karena dalam waktu
tertentu dibutuhkan memutuh tali persahabatan".
"Berusahalah
untuk menyelamtkan orang lain, karena kamu akan selamat dari segala tipudaya
mereka. Dan jadilah termasuk orang yang selalu menjaga sesama".
Juga berusahalah
dengan semaksimal mungkin untuk menjaga dirimu, hal tersebut sebaaimana yang
dikatakan oleh sebagian ahli hikmah : "Hadapilah teman atau musuhmu dengan
perasaan yang kosong (ridla) tanpa ada persaan merendenhkan sedikitpun atau
membesarkan di antara keduanya. Atau dengan mengagungkan yang seharusnya tidak
perlu diagungkan juga merendahkan diri (tawadlu) ketika tidak perlu merendahkan
diri, posisikanlah dirimu dengan tindkan-tindakan yan sperlunya
(tengah-tengah)". Karena kedua hal tersebut adalah tidak bagus, sperti
dikatakan dalam sya'ir :
عَلَيْكَ
بِأَوْسَطِ الأُمُوْرِ فَإِنَّهَا* طَرِيْقٌ إِلَى النَّهْجِ الصِّرَاطِ
الْقَوِيْمِ
وَلاَ
تَكُ فِيْهَا مُفرِطًا أَوْ مُفَرِّطًا* فَإِنَّ كِلاَ حَالِ الأُمُوْرِ ذَمِيْمٌ
"Sebaiknya
kamu ber-sedang dalam segala sesuatu, karena hal itu akan membuatmu mendapatkan
jalan yang lurus dan kuat".
"Jangan
sampai kamu kelewat batas atau melewati batas, karena kedua hal ini adalah
sangat tercela".
Jangan melihat
pada kedua sisi lambungmu, jangan banyak menolehkan kepala ke arah belakang,
jangan berhenti dan berdiri ditengah-tengah jama'ah, dan ketika duduk dalam
suatu forum maka duduklah dengan posisi kaki telungkup jangan bermain dengan
jari-jarimu, jenggotmu, cincinmu, gigimu, memasukkan jari ke dalam hidung,
meludah, mengeluarkan dahak, bermain lalat yang ada di dean wajah, banyak
menggerakkan badan, ngomong seenaknya baik didepan orang banyak atau ketika
menunaikan shalat.
Disamping itu
juga, ketika kamu berada pada suatu forum pertemuan, maka berushalah untuk
menciptakan forum tersebut menjadi forum yang penuh denan ketenangan dengan
diskusi-diskusi yang teratur yang diwarnai redaksi-redaksi pembicaraan yang
bagus.
Berkomentarlah
dengan bagus dan baik atas pembicaraan dan komentar orang lain yang telah
berbicara dan berkomentar dengan bagus, tapi jangan sampai menunjukkan dirimu
seperti orang yang kagum (ta'ajjub). Juga jangan sampai kamu memintanya
untuk mengulangi komnetarnya tersebut, dan jangan banyak tertawa atau bercerita
yang isinya tidak ada gunanya.
Jangan senang
menceritakan dan membicarakan kelebihan-kelebihan anakmu, langkah-langkahmu,
ucapan-ucapanmu atau hal-hal yang berkaitan dengan dirimu. Janganlah kamu
bertingkah seperti orang-orang perempuan ketika merias diri, jangan merendahkan
diri seperti hamba sahaya, jangan berlebiihan menggunaan celak dan pengharum,
juga jangan bermain-main kecuali kalau kamu memang sangat membutuhkan, dan
jangan mendorong orang lain untuk berbuat kedzaliman.
Jangan sampai
ada perbedaan ketika mengajar antara keluaramu dan orang selain keluargamu.
Karena hal itu akan membuatmu jelek dimata merek. Jangan terlalu keras kalau
memberi peringatan kepada mereka, juga berusahalah dengan halus dengan tanpa
melemahkan mereka. Jangan sering bercanda dengan para hamba sahayamu karena hal
itu akan membuatmu rendah di mata mreka.
Ketika kamu
marah, jangan sampai mengedapankan kebodohanmu dan tergesa-gesa, berfikirlah
dengan jernih dan lurus ketika kamu mengajukan alasan-alasan atas apa yang kamu
sampaikan karena hal itu juga menunjukkan tingkat pengetahuanmu, dan jangan
sering memerintah orang lain dengan mengunakan tangnmu.
Jangan sering
menoleh ke belakang juga jangan membiasakan diri duduk dengan posisi dimana
pantat terangkan di atas kedua lututmu. Ketika kamu sudah selesai dari amarahmu
dan kondisi dirimu sudah tenang serta bisa dikendalikan maka berbicaralah
dengan santun dan baik. Kalau ada penguasa yang mendekatimu maka jagalah
jarakmu dengannya sejauh satu tombak.
Berhati-hatilah
dengan dirimu juga dari orang-orang yang sehat dhahir dan bathin, karena itu
semua pada suatu waktu yang tidak bisa diprediksi akan menjadi musuhmu yang
berbahaya. Dan yang harus kamu perhatikan jangan adalah, jangan sampai kamu
hanya utamakan hartamu sehingga kamu lupa dan lalai denan nama baikmu di mata
orang banyak.
Inilah batas
kemampuan saya wahai pemuda yang menjadi harapan masa depan dalam menulis karya
"Bidâyah al-Hidâyah" ini, dan coba terapkanlah pada dirimu apa yang
ada dalam kitab ini. Karena buku ini mencakup tiga hal : Pertama, tentang
tatakrama berta'at. Kedua, tentang cara meninggalkan kemaksiatan. Dan Ketiga,
tentang cara berkumpul dengan orang banyak. Bagian ketiga ini mencakup tentang
hal-hal yang ada kaitannya dengan cara berhubungan dengan pencipta dan sesama
manuisa.
Kalau kamu
merasakan ada kecocokan pada dirimu dan kamu rasakan hatimu ada kecondongan
untuk mengamalkannya, maka tidak ada salahnya kalau kamu menggunakannya.
Sehingga kamu akan menjadi golongannya orang-orang yang hatinya akan disinari
oleh Allah Swt dengan cayaha keimanan dan kelapangan hati.
Sebenarnya, di
balik isi kitab ini terdapat kandungan-kandungan yang berkaitan dengan ;
rahasia-rahasia (asrâr), hal-hal kecil yang tak nyata (aghwâr),
beberapa pengetahuan ('ulûm), juga ketersingkapan dengan Tuhan (mukâsyafât).
Yang sebenarnya semua itu banyak saya jelaskan dalam karya saya Ihya 'Uum
al-Din dengan gamblang.
Maka kalau kamu
kamu ingin mendalaminya sebaiknya kamu mencarinya dalam kitab tersebut. Akan
tapi kalau kamu merasa bahwa hal ini tidak sesuai dan berat bagi dirimu, sampai
dirimu mengatakan : Bagaimana ilmu ini bermanfa'at bagi saya ?, maka tidak
perlu sampai jauh menjari penjelasan dalam kitab Ihya 'Uum al-Din tersebut.
Apalagi ketika
kamu berkumpul dengan orang-orang pintar atau teman satu profesi atau juga
teman sebaya, sehinga dirimu akan berkata :
Baaimana saya nanti ?, Bagaimana saya akan bisa menaikan posisiku di
hadapan para penguasa atau pejabat?, bagiamana saya akan bisa berrelasi dengan
yang lain?, bagaimana saya akan mendapatkan penghasilan yang banyak? Atau dari
permainan pengadilan?.
Ketahuilah,
syetan akan selalu menyesatkanmu, menjadikanmu lupa akan untuk kembali kepada
Allah Swt yang merupakan tempat kembalimu yang kekal. Dan sadarilah bahwa
syetan akan selalu menggodamu dengan kebohongan-kebohongan dengan
mengatasnamakan menjadi temanmu, sehingga akan membuatmu seakan-akan mengerti
akan apa yang telah kamu bayangkan tentang ilmu yang bermanfa'at bagimu.
Akan tetapi kamu
tidak akan menemukan hal tersebut sampai akhirnya kamu tidak akan menemukan
ketentraman baik di rumahmu, desamu, atau negaramu. Sehingga Tuhan yang maha
penguasa nan kekal juga Tuhan yang maha pemberi kenikmatan yang terus menerus
akan menggiringmu ke sisi-Nya karena Dia adalah Tuhan penguasa alam.
Akhirnya, semoga
keselamatan akan selalu bersamamu juga kasih dan keberkahan-Nya, juga segala
puji bagi Allah baik di awal maupun di akhir atau secara dhahir dan bathin, dan
tiada daya upaya hanya milik Allah Swt yang maha agung dan besar. Semoga
shalawat dan salam akan selalu mengalir kepada Muhammad. Keluarga juga para
sahabatnya.
No comments:
Post a Comment