بسم الله الرحمن الرحيم
Sesungguhnya kehidupan dunia tidaklah lestari, bahkan dunia telah mengumumkan
tibanya saat untuk berkemas-kemas, dan akan datang pengunjung terakhir, yaitu
malaikat Maut yang diutus dari sisi Robbul alamin.
﴿حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا
وَهُمْ لَا يُفَرِّطُونَ * ثُمَّ رُدُّوا إِلَى الله مَوْلَاهُمُ الْحَقِّ أَلَا
لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ ﴾ [الأنعام: 61، 62].
“Sampai jika kematian datang pada salah seorang dari
kalian, para utusan Kami mematikannya dan mereka itu tidak melalaikan
kewajibannya. Kemudian mereka dikembalikan kepada Alloh Yang menjadi Penguasa
mereka yang sebenarnya Ketahuilah: hanya milik Dia sajalah segala hukum, dan
Dia itu penghitung yang paling cepat.”
Adapun orang yang beriman dan beramal sholih, maka mereka itulah orang-orang
yang beruntung. Alloh ta’ala berfirman:
﴿إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا الله ثُمَّ اسْتَقَامُوا
تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا
وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ * نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ
فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي
أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ * نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ﴾ [فصلت: 30 – 32]
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata: “Robb kami
adalah Alloh, kemudian mereka istiqomah (tetap lurus), akan turunlah kepada
mereka para malaikat yang berkata: “Janganlah kalian takut, dan janganlah kalian
bersedih hati. Dan bergembiralah kalian dengan Jannah yang dulu kalian
dijanjikan dengannya. Kami adalah para wali kalian dalam kehidupan dunia dan di
Akhirat, dan kalian di dalamnya akan mendapatkan apa yang diinginkan oleh diri
kalian, dan kalian di dalamnya akan mendapatkan apa yang kalian minta, sebagai
hidangan dari Ghofur (Yang Maha Pengampun) dan Rohim (Yang Maha Penyayang).”
Adapun orang-orang yang fasiq, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.
Alloh ta’ala berfirman:
﴿فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ
وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ * ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ الله
وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ﴾ [محمد: 27، 28].
“Maka bagaimana jika para malaikat mewafatkan mereka,
memukul wajah-wajah mereka dan punggung-punggung mereka. Yang demikian itu
dikarenakan mereka mengikuti perkara yang membikin Alloh murka dan mereka
membenci keridhoan-Nya, maka Alloh menggugurkan amalan mereka.”
Sesungguhnya kehidupan di alam kubur itu adalah sesuatu yang benar adanya tanpa
ada keraguan lagi. Dari Hani pembantu Utsman bin Affan yang berkata:
كَانَ عُثْمَانُ إِذَا وَقَفَ عَلَى قَبْرٍ بَكَى حَتَّى
يَبُلَّ لِحْيَتَهُ فَقِيلَ لَهُ تُذْكَرُ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلاَ تَبْكِى
وَتَبْكِى مِنْ هَذَا، فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ الله -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: «إِنَّ
الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ
أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ ».
قَالَ: وَقَالَ رَسُولُ الله -صلى الله عليه وسلم-: «مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا
قَطُّ إِلاَّ وَالْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ ».
“Dulu Utsman jika berdiri di kuburan, beliau menangis
hingga membasahi jenggot beliau. Maka dikatakan pada beliau: “Anda jika
disebutkan Jannah dan neraka tidak menangis, tapi kenapa Anda menangis karena
kuburan?” maka beliau menjawab: “Sesungguhnya Rosululloh صلى الله عليه وسلم
bersabda: “Sesungguhnya kuburan adalah persinggahan pertama di akhirat.
Jika dia selamat darinya, maka apa yang setelahnya lebih mudah darinya. Tapi
jika tidak selamat darinya, maka apa yang setelahnya lebih keras daripadanya.”
Rosululloh صلى الله عليه وسلم juga bersabda: “Tidaklah aku melihat suatu pemandangan
satupun kecuali dalam keadaan kuburan itu lebih mengerikan daripadanya.”
(HR. At Tirmidziy (2478/Ahwadzi), dan dihasankan oleh Al Imam Al Albaniy رحمه الله
dalam “Misykatul Mashobih” no. (132), dan Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله dalam “Ash
Shohihul Musnad” no. (909)).
Maka kita harus berupaya menjauhi sebab-sebab datangnya siksaan kubur, disertai
dengan penambahan amal sholih agar berhasil mendapatkan kenikmatan di alam
tersebut.
Ibnu Umar رحمه الله berkata:
… فجاء فتى من الأنصار فسلم على رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم
جلس فقال: يا رسول الله أي المؤمنين أفضل؟ قال: «أحسنهم خلقا» قال: فأي
المؤمنين أكيس؟ قال: «أكثرهم للموت ذكراً، وأحسنهم له استعداداً قبل أن ينزل بهم،
أولئك من الأكياس»
“… lalu datanglah anak muda dari Anshor, lalu dia
mengucapkan salam pada Rosululloh صلى الله عليه وسلم , lalu duduk seraya berkata: “Wahai
Rosululloh, siapakah mukmin yang paling utama?” beliau menjawab: “Yang
paling bagus di antara mereka akhlaqnya.” Dia bertanya lagi: “Wahai
Rosululloh, siapakah manusia yang paling cerdas?” beliau menjawab: “Orang
yang paling banyak mengingat kematian, dan paling bagus persiapan untuk itu
sebelum kematian itu turun pada mereka. Mereka itulah orang-orang yang
cerdas.”.” Al hadits. (HR. Al Hakim dalam “Al Mustadrok “8688) dan yang
lainnya. Al Imam Al Albaniy رحمه الله berkata dalam “Ash shohihah” (1384): “Maka
hadits ini hasan dengan kumpulan jalan-jalannya.” Dan dihasankan juga oleh Al
Imam Al Wadi’iy رحمه الله dalam “Al Jami’ush
Shohih Fil Qodar” (hal. 431/cet. Maktabah Shon’a Al Atsariyyah).
Dari Abu Sa’id Al Khudriy رضي الله عنه yang berkata: Dulu Nabi صلى الله عليه وسلم
bersabda:
«إذا وضعت الجنازة فاحتملها الرجال على أعناقهم فإن كانت صالحة
قالت: قدموني، وإن كانت غير صالحة قالت: لأهلها يا ويلها أين يذهبون بها؟ يسمع
صوتها كل شيء إلا الإنسان، ولو سمع الإنسان لصعق» . (أخرجه البخاري (1316)).
“Jika jenazah diletakkan (di kerandanya) lalu dipikul
oleh orang-orang di leher-leher mereka, jika mayit tadi adalah orang sholih,
maka dia akan berkata: “Segerakanlah aku.” Tapi jika mayit tadi bukan orang
sholih, maka dia akan berkata pada keluarganya: “Aduh, celaka dia (mayit itu
sendiri), kemanakah mereka akan membawanya?” Ucapan ini didengar oleh segala
sesuatu kecuali manusia, seandainya manusia mendengarnya pastilah dia akan
pingsan.” (HR. Al Bukhoriy (1316)).
Badrud Din Al ‘Ainiy رحمه الله berkata: “Dan dalam lafazh “Mendengar” ada
penunjukan bahwasanya perkataan (dari si mayit) ini adalah hakiki, bukan majaz,
dan bahwasanya Alloh ta’ala mengadakan pembicaraan pada di mayit jika Dia
menghendaki itu, dan si mayit berkata: “Aduh celaka dia” karena
dirinya tahu bahwasanya dirinya tidak menuju kepada kebaikan, dan bahwasanya
dirinya menuju kepada perkara yang menyedihkannya, sehingga dia tak suka untuk
menuju ke situ. Dhomir pada lafazh “Andaikata manusia mendengarnya”
kembali kepada doa si mayit untuk kecelakaan dirinya sendiri. Yaitu: dia
berteriak dengan suara yang aneh, yang seandainya manusia mendengarnya pastilah
dia akan pingsan.” (“Umdatul Qori”/12/hal. 380).
Kita wajib meyakini bahwasanya ujian, kenikmatan dan siksaan kubur itu benar-benar
ada, dikarenakan shohihnya berita-berita tentangnya, dan itu termasuk dari
akidah umat Islam. Telah lewat sebagian dalil tentangnya, dan berikut ini akan
disebutkan dalil-dalil yang lain:
Alloh ta’ala berfirman:
﴿يُثَبِّتُ الله الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَيُضِلُّ الله الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ
الله مَا يَشَاءُ﴾ [إبراهيم: 27].
“Alloh mengokohkan orang-orang yang beriman dengan
perkataan yang kokoh dalam kehidupan dunia dan di akhirat, dan Alloh akan
menyesatkan orang-orang yang zholim dan Alloh mengerjakan apa saja yang Dia
kehendaki.”
Dari Al Baro bin ‘Azib رضي الله عنهما bahwasanya Nabi صلى
الله عليه وسلم bersabda:
«﴿يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت﴾ قال: « نزلت في
عذاب القبر فيقال له: من ربك؟ فيقول: ربي الله ونبيي محمد -صلى الله عليه وسلم-.
فذلك قوله عز وجل: ﴿يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفى
الآخرة﴾ » القبر. (أخرجه البخاري (1369) ومسلم (2871)).
“Alloh mengokohkan orang-orang yang beriman dengan perkataan
yang kokoh” ayat ini turun tentang siksaan kubur, dikatakan padanya: “Siapakah
Robbmu?” maka dia menjawab: “Robbku adalah Alloh, Nabiku adalah Muhammad صلى الله عليه وسلم . yang demikian itu adalah firman Alloh عز وجل : “Alloh
mengokohkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang kokoh dalam
kehidupan dunia dan di akhirat,” kuburan.” (HR. Al Bukhoriy (1369) dan Muslim (2871)).
Sesungguhnya dalil-dalil siksaan kuburan dan kenikmatannya itu banyak sekali.
Yang saya sebutkan itu cukup, dan nanti akan datang tambahan pada bab-bab
mendatang.
Dan Ibnul Farisiy Al Laits, sahabat Abul Faroj ibnul Jauziy dalam “Tarikh”
beliau menyebutkan:
أنه في سنة تسعين وخمسمائة وجد ميت ببغداد بظاهر باب
البصرة وقد بلي، ولم يبق غير عظامه وفي يديه ورجليه ضباب حديد وضرب فيها مسماران
أحدهما في سرته والآخر في جبهته، وكان هائل الخلقة غليظ العظام. وكان سبب ظهروه
زيادة الماء كشف تلا كان يعرف بالتل الأحمر على ميلين من سور باب البصرة القديم.
“Bahwasanya pada tahun limaratus sembilan puluh
ditemukan ada mayat di Baghdad di atas pintu Bashroh dalam keadaan telah rapuh,
tidak tersisa kecuali tulang-tulangnya, dan di kedua tangannya dan kedua
kakinya ada besi pemukul yang lebar. Di badannya ada dua paku, salah satunya
ada di pusarnya, yang satunya lagi ada di dahinya. Bentuk badannya menakutkan,
tulangnya tebal. Sebab munculnya jenazahnya tersebut adalah meluapnya air yang
menyingkapkan dataran tinggi yang dikenal sebagai “At Tillul Ahmar” (dataran
tinggi Merah) yang berjarak dua mil dari dinding pintu Bashroh yang lama.”
(“Ahwalul Qubur”/karya Ibnu Rojab/hal. 109).
No comments:
Post a Comment